Ayub
42:2
“
Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada
rencana-Mu yang gagal.”
Perkembangan
teknologi dengan cepat menuntut saya memahami segalanya. Era yang serba praktis
ini telah membuat perubahan besar dalam kehidupan, terkhusus hidup saya. Saya
merasa jauh tertinggal ketika saya tidak mampu mengimbangi atau melangkah maju
mengikuti arus. Saya pikir saya akan tenggelam dan mati tanpa berdaya.
Sering
kali pandangan dunia akan sebuah kesuksesan menjadi tolak ukur yang di agungkan
banyak manusia. Tidak terkecuali saya yang mulai meratapi diri akan tolak ukur
tersebut. Mendapat pekerjaan setelah lulus kuliah; menikah dan memiliki rumah
sebelum umur 30 tahun; memiliki usaha dan pasangan yang menemani; keluarga yang
sejahtera secara ekonomi dan tercukupi, semua ini menjadi tolak ukur yang di
berikan dunia.
Melihat
pandangan orang akan sebuah kesuksesan dan mendengar seruan mereka yang mengagungkan materi membuat saya frustasi. Jujur
saja sejak saya memutuskan mengundurkan diri untuk berkuliah lagi saya menjadi
seperti mayat hidup.
Saya
berpikir untuk kuliah setelah resign, karena memang pekerjaan saya sebelumnya
jauh dari jati diri saya. Mencoba berbagai beasiswa, hasilnya selalu gagal.
Akhirny saya memutuskan mencari pekerjaan apapun atas kegagalan-kegagalan saya,
karena ekonomi keluarga tidak memungkinkan biaya sendiri. Saya perlu menghidupi
kehidupan saya.
Kegagalan
pun menjadi makanan saya yang tidak dapat pekerjaan. Hampir setahun saya merasa
mati rasa atas hidup saya yang tidak jelas. Orang tua mulai gelisah melihat
kehadiran saya, dan adik-adik saya pun demikian. Cibiran tetangga dan orang
sekitar sudah muak untuk di pertanyakan. Saya sudah berada di titik paling
mengasihani diri. Saya menyerah.
Semua
yang terjadi dalam hidup saya membuat saya enggan berdoa dan beribadah. Saya
jadi penyendiri di dalam rumah. Menulis menjadi satu-satunya aktifitas yang
saya lakukan di rumah.
Dari
semua kegagalan dan keterpurukan saya tidak ada artinya jika melihat kisah Ayub
yang tetap saleh meski kehilangan segalanya. Bukan hanya sekedar kehilangan,
tapi juga kehancuran dan dukacita mendalam. Seakan hidup adalah kesia-siaan
yang di hidupi.
“Aku
tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu
yang gagal.”
Lewat
firman ini Ayub ingin mengemukan suatu kebenaran yang mutlak atas iman yang
hidup, bahwa Tuhan sanggup melakukan apapun dan dalam Tuhan tidak ada rencana
yang gagal. Iman Ayub telah memberinya kemenangan berlipat ganda.
Doa
memang belum terjawab. Rencana pun gagal semua. Semua sia-sia, bahkan bernapas
menjadi tidak bermakna. Tapi tidak untuk Tuhan yang ingin meneguhkan iman kita
seperti Ayub, hingga kita mendapatkan berkat yang berlipat ganda.
Meski
saya tidak mendapatkan beasiswa untuk kuliah; saya tidak juga kunjung bekerja.
Namun satu yang akhirnya saya yakini lewat keteguhan iman Ayub, bahwa semua
akan indah pada waktunya. Ketika kita berada di posisi yang demikian terpuruk,
tetaplah datang kepada Tuhan. Dan benar, kini saya di beri kesempatan untuk
menjadi creative editor.
Tuhan
tahu yang kita butuhkan; Tuhan tahu bagian apa yang baik; Tuhan tahu rencana
mana yang membawa kemenangan. Jangan biarkan masalah dan pergumulanmu membuatmu
jauh dari Tuhan, justru jadikan ini kesempatan dekat dan mengenal Tuhan lebih
dalam.
Tuhan Yesus memberkati
Komentar
Posting Komentar